Senin, 23 April 2012

Dampak Negatif Tayangan Televisi Bagi Anak-Anak


Anda tentu pernah melihat para orang tua yang tidak memperkenankan anak-anaknya menonton siaran televisi sembarangan. Dan Anda juga melihat para orang tua yang membiarkan saja anak-anaknya melahap aneka ragam acara televisi. Mulai dari tayangan film anak-anak, sinetron, berita kriminal dan seterusnya. Berbagai perangai orang tua terhadap kebiasaan menonton televisi yang dilakukan anak-anak sedikit banyaknya akan memberi efek terhadap pertumbuhan psikologis seorang anak. Percayakah Anda seorang anak mungkin saja melakukan tindakan terjun bebas dari atas tangga ke lantai karena terinspirasi dari tokoh kartun yang ditontonnya di acara televisi. Atau seorang anak yang tanpa segan-segan meninju dan menghajar teman bermainnya sebab terinspirasi dari tayangan tinju bebas yang disaksikannya di televisi.Bahkan anak-anak usia Sekolah Dasar hari ini telah begitu akrab dengan istilah pacaran dan hubungan lawan jenis hanya karena menyaksikan aneka macam tayangan sinetron di televisi yang menyajikan bermacam kisah percintaan usia sekolah.
Usia anak-anak adalah usia yang sangat rentan dengan figur sesuatu yang dilihatnya. Seorang anak bisa meniru tindakan orang tuanya yang suka marah-marah hanya lantaran ia sering dimarah di rumah. Ia juga bisa melakukan hal-hal apa saja yang disaksikannya, tak hanya di dunia nyata bahkan dari acara televisi sekalipun. Oleh sebab itu para orang tua perlu melakukan kontrol rutin tehadap tayangan-tayangan apa saja yang disaksikan anak-anak Anda. Hindarkan anak-anak Anda pada tayangan-tayangan tindak kekerasan dan kejahatan, tidak bermoral, pornografi, kemusyrikan, percintaan dan sebagainya. Tayangan-tayangan ini secara psikologis akan berdampak buruk pada perkembangan anak. Orang tua perlu menemani anak-anak menonton televisi. Arahkan anak-anak pada tayangan-tayangan yang mendidik dan hiburan untuk seusianya. Jika mereka melontarkan bermacam pertanyaan yang terkadang membuat Anda malas untuk menjawabnya, jangan sekali-kali memberi jawaban yang salah dan menyesatkan. Karena akan berdampak buruk pada perkembangan dan wawasan seorang anak. Kendala yang kerap dihadapi para orang tua adalah kesibukan diri terhadap berbagai macam aktivitas dan pekerjaan, sehingga jarang sekali punya waktu menemani anak-anak menonton acara-acara televisi.


Mencermati Tayangan Televisi dan Dampaknya



Setuju atau tidak, kehadiran televisi yang makin marak di Indonesia dengan berbagai program tayangan dan jualan tidak dapat dihindari. Apapun yang muncul dan sifatnya baru, ada yang menilainya positif dan ada juga negatifnya. Sudut pandang positif, sudah pasti akan melihatnya dan memandangnya sebagai sebuah kemajuan tehnologi dan perlu dimanfaatkan dengansebaik-baiknya. Ada yang melihat kehadiran televisi sebagai sebuah lahan subur untuk meraup keuntungan tidak terbatas. Selagi kreativitas belum pudar, selama itu pula sarana tontotan yang bersifat hiburan dan informatif ini bisa meraup keuntungan. Salah satu tolok ukur adalah ketika rating suatu program cukup tinggi, selama itu pula iklan sponsor akan banyak yang antre.

Pada sisi lain, cukup banyak keluhan masyarakat terhadap dampak negatif dari berbagai program tayangan sehingga mengkhawatirkan sejumlah kalangan. Bahkan pihak pemerintah sendiri sudah membaca kekhawatiran tersebut dengan membentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) hingga ke tingkat provinsi dengan KPID-nya.
 Hampir di seluruh lapisan masyarakat, di segala tingkat strata pendidikan, tiada hari yang terlewat tanpa menonton televisi. Setiap orang, dari anak-anak, muda dan dewasa bahkan yang sudah uzur bisa dipastikan akan menghabiskan beberapa jam bahkan hampir seharian duduk dan menikmati tayangan televisi. Kehadiran televisi menyuguhkan berbagai acara yang beragam dan menarik tanpa kompromi. Artinya, ia hadir di tengah-tengah kita dengan sukarela, kapanpun kita ingin menikmatinya, kita cukup menekan sebuah tombol. Ditambah lagi dengan hadirnya 11 stasiun televisi nasional, seolah tidak ada kata bosan, kita merelakan setiap hari waktu kita bersamanya.

Salah satu yang sangat menggelisahkan kita yakni saat menyaksikan tayangan-tayangan televisi belakangan ini. Hampir semua stasiun-stasiun televisi, menayangkan program acara (terutama sinetron) yang cenderung mengarah pada tayangan berbau kekerasan (sadisme), pornografi, mistik, dan kemewahan (hedonisme). Tayangan-tayangan tersebut terus berlomba demi rating tanpa memerhatikan dampak bagi pemirsanya. Kegelisahan itu semakin bertambah karena tayangan-tayangan tersebut dengan mudah bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Para tokoh agama, budaya dan cendikiawan yang selalu konsen mengkritisi setiap gerak tayangan televisi, belakangan seakan ikut terkesima tayangan-tayangan yang tidak lagi semipornografi, tapi malah betul-betul menampilkan tayangan sangat memalukan sebagai bangsa yang selama ini cukup bangga dengan “Orang Timur” yang berbudaya tinggi.

Bahkan terkesan tiarap dan tidak lagi mau mengkritisi tayangan-tayangan yang tidak lagi sesuai dengan kaidah dan norma agama. Hasil kajian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, misalnya, mencatat, rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari empat hingga lima jam sehari. Sementara di hari Minggu bisa tujuh sampai delapan jam. Jika rata-rata empat jam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur (data-data 2004). Lebih parah lagi, kebanyakan orangtua tidak menyadari dampak kebebasan media yang kurang baik terhadap anak-anak. Indikasi demikian terlihat anak-anak tidak diawasi dengan baik saat menonton televisi meski di layar cara itu diterakan kata-kata bimbingan orangtua (BO), dewasa (DW) dan remaja (R).
Dengan kondisi ini sangat dikawatirkan bahkan bisa membahayakan bagaimana dampaknya bagi perkembangan anak-anak.

Kita memang tidak bisa gegabah menyamaratakan semua program televisi berdampak buruk bagi anak. Ada juga program televisi yang punya sisi baik, misalnya program acara pendidikan. Banyak informasi bisa diserap dari televisi yang tidak didapat dari tempat lain. Namun, di sisi lain banyak juga tayangan televisi yang bisa berdampak buruk bagi anak. Sudah banyak survei yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak tayangan televisi di kalangan anak-anak.
Sebuah survei yang pernah dilakukan salah satu harian di negara bagian Amerika Serikat menyebutkan, empat dari lima orang Amerika menganggap kekerasan di televisi mirip dengan dunia nyata. Oleh sebab itu sangat berbahaya kalau anak-anak sering menonton tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan. Kekerasan di televisi membuat anak menganggap kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah (Era Muslim, 27/07/2004).

Di Indonesia suguhan tayangan kekerasan dan kriminal seperti Patroli, Buser, TKP dan sebagainya, tetap saja dengan mudah bisa ditonton oleh anak-anak. Bahkan tayangan program yang berbau kriminal itu terkesan sengaja diblow-up untuk menggambarkan pada masyarakat dan atasan seakan-akan aparat betul-betul bekerja dan berhasil mengungkap suatu kasus. Dan bukan rahasia lagi kalau ada kasus yang berhasil diungkap oleh aparat, direkaya ulang lagi seakan-akan penangkapan yang ditayangkan murni bukan rekayasa.
Televisi bisa berdampak kurang baik bagi anak, tetapi melarang anak sama sekali untuk menonton televisi juga kurang baik. Yang lebih bijaksana adalah mengontrol tayangan televisi bagi anak-anak. Setidaknya memberikan pemahaman kepada anak mana yang bisa mereka tonton dan mana yang tidak boleh. Orangtua perlu mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi.

Memberikan berbagai pemahaman kepada anak-anak tentang suatu tayangan yang sedang disaksikan. Selain sarana membangun komunikasi dengan anak, hal ini bisa mengurangi dampak negatif televisi bagi anak. Kebiasaan mengonsumsi televisi secara sehat ini mesti dimulai sejak usiadini. Meski demikian, pihak pengelola program tayangan televisi pun punya tanggungjawab untuk melakukan penyaringan acara yang ditayangkan.
Perlu dipahami bahwa tempat pendidikan paling utama adalah di keluarga, dimana orangtua adalah yang paling bertanggungjawab di dalamnya. Kenapa mesti orangtua? Karena orangtua yang bisa mengawasi anaknya lebih lama. Orangtua paling dekat anaknya. Dalam keluargalah anak bertumbuh kembang. Membiarkan anak menonton televisi secara berlebihan berarti membiarkan tumbuh kembang dan pendidikan anak terganggu.

Tentang Public Relations


Bagi sebagian orang, Public Relations Officer, Public Relations Specialist–yang biasa dikenal dengan nama PR, cenderung disamakan dengan profesi Hubungan Masyarakat (Humas). Well, anggapan ini memang tidak sepenuhnya keliru, walaupun tidak juga tepat sekali. Hal ini tergantung dari sudut pandang dan opini publik yang sudah terlanjur menancap di masyarakat, bahwa humas pada dasarnya “hanya” bertindak sebagai “tukang siar”, yang jalinan kerjanya biasanya erat berkaitan dengan media massa. PR, pada kenyataannya, lingkup kerjanya tidak hanya terbatas pada menjalin hubungan dengan media massa.
Berikut kami sajikan deskripsi kerja seorang PR, mudah-mudahan dapat memperbaiki anggapan-anggapan kurang tepat mengenai profesi yang sebenarnya sangat kompleks ini. Sengaja kami bagi artikel ini dalam 2 edisi, karena sesungguhnya cukup banyak seluk-beluk dunia kerja seorang PR yang cukup pantas untuk dicermati.
“Public Relations itu sangat luas artinya,” ujar sumber CyberJob, Siska Widyawati, yang pernah mengecap pengalaman 5 tahun sebagai seorang PR di sebuah agensi periklanan besar di Jakarta Pusat. Di sana (Amerika-Red), hampir di setiap perusahaan memiliki seorang PR, karena mereka sudah mengerti betul seluk beluk tugas seorang PR. Tapi di Indonesia, PR biasanya hanya dimaknai sebagai tenaga marketing, atau sebagai juru siar.
Tugas-tugas inti seorang PR
“Public relations bukan hanya seorang juru siar,” ujar Siska. Berikut Siska memaparkan beberapa job description PR yang disebutnya sebagai “nature of work”.
1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan, dapat bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan target publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR specialiast menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non-profit, universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik.
2. Seorang PR mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media, komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintah, mereka mengurus kampanye politik, representasi para interest-group, sebagai conflict-mediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan tempat mereka bekerja dengan para investor. Seorang PR tidak hanya berfungsi untuk “mengatakan sejarah organisasi”, tapi mereka juga dituntut untuk mengerti tingkah-laku dan memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain yang juga merupakan bagian dari deskripsi kerjanya. Untuk meningkatkan komunikasi, seorang PR juga membangun dan memelihara hubungan yang koperatif dengan wakil-wakil komunitas, konsumen, karyawan dan public interest group, juga dengan perwalian dari media cetak dan broadcast.
3. Seorang PR menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap grup-grup dan organisasi, dengan siapa mereka biasa berhubungan.
4. Seorang PR menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di media, yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran dan artikel di majalah, bermula dari meja seorang PR.
5. Seorang PR juga mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik. Mereka mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat film, slide, atau presentasi visual lain dalam meeting dan merencanakan konvensi. Sebagai tambahan, mereka juga bertanggung jawab menyiapkan annual reports dan menulis proposal untuk proyek-proyek yang beragam.
6. Dalam pemerintahan, seorang PR–yang kemungkinan akan disebut sebagai “sekretaris pers”, “information officer”, “public affair specialist” atau “communications specialist”, bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintah dan pegawai-pegawai resminya.
7. PR yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka yang menangani public relations untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan dengan semua aspek pekerjaan. Mereka akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk distribusi. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion untuk mendukung kegiatan marketing.
Sumber: cbn.net.id

Pengaruh Acara TV dapat Berdampak Positif dan Negatif pada Anak



Media televisi kini memang semakin marak dengan acara-acaranya yang menarik, tidak hanya acara berita, reality show, bahkan sinetron sekalipun yang selalu membanjiri setiap stasiun televisi. Namun, seperti yang kita ketahui juga beberapa acara televisi yang ditayangkan tidak hanya disuguhkan bagi para remaja hingga orang dewasa saja, melainkan acara anak-anak pun kini turut mewarnai layar kaca televisi Anda.
      Acara ataupun hiburan yang ditayangkan tentunya menarik perhatian buah hati Anda untuk ingin selalu menyaksikan acara kesayangannya tersebut. Namun, apakah Anda pernah membayangkan bila anak Anda yang masih berusia sangat kecil sudah disuguhkan dengan tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan umurnya. Beberapa tayangan seperti kekerasan, vulgarisme, pornografi, mistik, dan gosip bukan hal yang layak untuk dipertontonkan pada anak Anda karena hanya memberikan dampak negatif bagi sang anak dari acara televisi itu sendiri. Hal tersebutlah yang dapat membawa dampak buruk bagi perkembangan psikologi anak itu sendiri.
      Memang tidak ada salahnya memberikan televisi di kamar pada anak Anda yang sudah cukup umur. Lalu bagaimana dengan anak Anda yang memang usianya masih dibawah umur dan harus butuh bimbingan Anda? Dalam hal ini tentunya Anda harus memberikan perhatian dan waktu yang lebih pada sang anak untuk membimbing dan mengarahkan dalam menyaksikan tayangan-tayangan televisi.
      Adapun dampak dari media televisi itu sendiri yaitu tayangan yang tidak dikemas secara baik yang tidak mempedulikan pendidikan dan perkembangan jiwa anak, sehingga menjadikan tumbuh kembang anak mencontoh ataupun meniru adegan dari tokoh idolanya, baik perilaku seperti gaya bicara, gaya rambut hingga busana yang dikenakan. Tak hanya itu, dampak lainnya juga tentunya akan merugikan bagi sang anak seperti lupa belajar dan lupa dengan kegiatan-kegiatan positif, menjadi ketagihan, membuat sang anak jarang bersosialisasi, dapat melakukan hal-hal yang berbahaya dan kurang wajar, membawa pada pola pikir ke arah yang berdampak negatif serta hal-hal negatif lainnya.
      Oleh karena itu, sudah selayaknya Anda para orangtua berperan penting dalam memilih tayangan, mendampingi saat menonton, saat jam makan, jam tidur serta melatih sang anak untuk mematikan televisi pada jam yang telah Anda sepakati dengannya. Berikan disiplin waktu untuk menonton tayangan yang baik dan tayangan yang tidak baik agar mereka memanfaatkan waktunya untuk bermain diluar ataupun di halaman rumah untuk melatih motorik dan menikmati alam. Dan berikan tayangan seperti televisi pendidikan, karena merupakan media yang sangat baik untuk membagi informasi dan bahan pendidikan pada sang anak agar memberikan dampak positif bagi sang anak.

Rabu, 11 April 2012

Kegiatan Internal Public Relations

Peranan Public Relations (PR) dalam suatu perusahaan diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan internal yang berhubungan dengan pengembangan perusahaan. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat baik bagi perusahaan dan publik internal perusahaan. Kegiatan internal yang diadakan dapat memberikan dampak yang positif bagi karyawan, karena kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan motivasi karyawan dan meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap perusahaan.
Kegiatan internal perusahaan juga dilakukan untuk memberikan informasi bagi karyawan perusahaan sehingga tujuan perusahaan secara keseluruhan dapat diketahui oleh karyawan sehingga memperjelas tugas-tugas yang harus dilakukan oleh karyawan. Contoh kegiatan internal yang dilakukan PR dalam suatu perusahaan adalah special event, family gathering dan kegiatan lainnya adalah dengan menyediakan informasi melalui forum komunikasi rapat.
Kegiatan special event biasanya dilakukan bertepatan dengan peringatan hari nasional, peringatan hari ulang tahun, dan peluncuran produk. PR sangat berperan dalam penggagasan ide dari special event yang diadakan. PR berupaya meningkatkan motivasi karyawan dengan melibatkannya dalam setiap acara yang diadakan oleh perusahaan, baik sebagai panitia maupun pengisi acara.
Kemudian kegiatan internal lainnya yang dilakukan PR adalah family gathering. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya peningkatan motivasi kerja karyawan dan bentuk perhatian perusahaan tehadap karyawannya. Family gathering dilakukan sebagai bentuk penghargaan pada karyawan karena upaya yang telah mereka lakukan untuk meningkatkan keuntungan  perusahaan. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam bentuk kunjungan ke tempat wisata maupun dengan mengadakan acara di lingkungan sekitar perusahaan.

Kegiatan Public Relations dalam Perusahaan


Public Relations (PR) adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam setiap perusahaan, baik perusahaan pemerintah maupun perusahaan swasta. PR merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kepercayaan dan saling pengertian antara perusahaan dengan publiknya sehingga tercipta hubungan yang harmonis, yang dimaksud dengan publik dalam hal ini adalah publik internal dan eksternal perusahaan.
Kegiatan PR dalam suatu perusahaan pada hakikatnya merupakan bagian dari kegiatan berkomunikasi dengan ciri khas komunikasi dua arah antara perusahaan yang diwakilinya dengan publik atau sebaliknya. Setelah melakukan kegiatan tersebut, PR menganalisa untuk mengetahui efek komunikasinya apakah berdampak baik atau sebaliknya menjadi negatif sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Kegiatan PR sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha dan untuk kemajuan perusahaan itu sendiri, terutama dalam hal komunikasi timbal balik, pencitraan, identitas dan reputasi perusahaan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PR tersebut merupakan langkah penting dalam menjaga eksistensi perusahaan.
Kegiatan PR sangat mengutamakan kepentingan publiknya dan bertujuan untuk memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan bersikap simpatik, terbuka dalam menerima saran, kritik maupun opini publik. Jika hal ini dapat dilakukan maka akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu menjaga eksistensi perusahaan dan meningkatkan citra positifnya.